Artist Info

 

The Morning After

    Genre : Rock/Alternative/Powerpop

    Performances :

    Website :
    www.themorningafter.co.cc


  

About This Act :


The Morning After berdiri pada tahun 2002 di Kota Malang. Beranggotakan Bambang Iswanto (vokal dan gitar), Akhmad Sya'ban Nasution (Bass), Onny Maretino Nugroho (Drums) dan Pramudya Ananta (gitar, bergabung tahun 2004). Cikal bakalnya adalah sebuah band SMU bernama Mayonaise Punch yang menyisakan dua personelnya (Bambang dan Sya'ban) dan kemudian bertransformasi menjadi The Morning After.
Berawal dari rubrik disebuah majalah Belanda, Akhirnya dipilihlah nama The Morning After sebagai nama band. Ketika itu tak terpikirkan apa arti sebenarnya dari kata 'the morning after', namun nama ini terdengar enak ditelinga dan mudah untuk diingat tanpa ada filosofi apapun dibelakangnya.

Pada awal pemunculannya mereka sering bermain dari kampus ke kampus di Malang dengan membawakan lagu-lagu dari Smashing Pumpkins, Foo Fighters, Goo Goo Dolls. Beberapa band tersebut akhirnya menjadi influence bagi musik The Morning After.

The Morning After mulai mengirim beberapa demonya ke beberapa perusahaan rekaman pada tahun 2005. Dua tahun berlalu, 2007 menjadi titik awal yang cerah. The Morning After berhasil menjuarai kompetisi band indie nasional dan masuk dalam album kompilasi dengan single 'Quatro' yang menjadikan nama The Morning After dikenal secara nasional. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Lil'Fish Records menawarkan kontrak untuk full album dan menjadi penawaran yang tidak disia-siakan oleh The Morning After. 30 Mei 2008, album pertama The Morning After, Another Day Like Today, dilempar kepasaran dengan Universal Music Indonesia sebagai distributor. Single pertama yang berjudul 'dengar dan diam' cukup memberi penyegaran pasar musik Indonesia, sehingga majalah 'Rolling Stones' menobatkan The Morning After sebagai 'Artist To Watch 2008'. Tak berhenti sampai disitu, pada April 2009, The Morning After masuk dalam nominasi Karya Produksi Alternatif Terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia 2009 (AMI Awards 2009).

Review Album 'Another Day Like Today'

David Tarigan 'Aksara Records'
'The Morning After membuktikan musik lokal yang berkualitas tidak selalu harus dihadirkan lewat nada-nada eksperimental yang memusingkan dan sulit dimengerti banyak orang.'

Adib Hidayat 'Deputy Editor Rolling Stone Indonesia'
'Debut perdana TMA memberikan refleksi kesegaran dalam performa Songwriting yang edgy dan ekletik.'

Prita Prawiroharjo 'Music Director Hard Rock FM Jakarta'
'The Morning After sama sekali bukan tipikal band asal Malang, atau Jawa Timur, dengan sayatan virtuoso gitar metalik, lengkingan vokal vibrato dan rambut yang besar. Bukan pula tipikal band pop sinetron atau pop RBT yang siap ditelan zaman. Tetapi mereka bukan pula sebuah band indie-rock yang penuh suara eksperimental sejuta efek, vokal tenggelam dengan wajah yang selalu menatap sepatu. Kwartet pemuda yang berusia pertengahan 20'an ini menawarkan sesuatu yang dapat menjadi jembatan bagi penikmat musik pop yang kasual dengan yang kritis. Mereka menawarkan sound khas indie-rock dewasa, sesuatu yang tetap membuat mereka menancapkan kuku di lapisan cutting edge yang ditimpali dengan vokal berlapis madu, juga atmosfer mimpi dan nostalgia yang secara tradisional akan merebut hati penggemar musik pop. Single pertama album, 'Dengar dan Diam' mewakili segalanya tentang The Morning After. Kekuatan musik mereka yang mengisi relung imajinasi anda, dan lirik yang menggambarkan romantisme kesendirian. Bayangkan musik adult alternative rock '90-an dari aksi seperti Goo Goo Dolls atau Duncan Sheik, lalu yang lebih modern dan dalam seperti My Vitriol dan Mew, dengan pahlawan lokal Pure Saturday sebagai perekatnya. Another Day Like Today menampilkan 4 lagu berlirik Indonesia dan 7 lagu berlirik Inggris. Album ini siap menuntaskan dahaga penikmat musik nasional akan musik pop yang baik dan berkualitas di tengah keringnya padang industri musik Indonesia.'

Wahyu 'Trax Magazine'
'TMA memberikan arti sesungguhnya jika kita bicara tentang rock yg modern terlepas kepada sidestream atau mainstream, saya melihat music TMA amat mewakili era musical anak muda saat ini. Name it Modern Rock,IndieRock, or any genre they fall in to. These guys know how to rock in a very different & aesthetic way. The modern answer to quality. Dengan keunikan dan kompleksitas sound mereka, album ini ibarat oase ditengah keringnya kualitas music tanah air.'

Reza Thaher 'Pengamat Musik'
'The Morning After adalah satu lagi bukti bahwa Jawa Timur bukan hanya handal melahirkan band-band rock bagus, tapi juga musisi-musisi musik pop berkualitas. Dua contoh lagu yang dikirimkan oleh Agus Sasongko, pengelola Lil'Fish Recs tempat mereka bernaung kini cukup memberikan gambaran besarnya potensi kelompok ini. The Morning After seakan-akan ingin membawa kita kembali ke kejayaan band-band alternative rock Amerika tahun 90s seperti Goo Goo Dolls, The Afghan Wings, dan Soul Asylum sambil sedikit bermain-main dengan sound 'indie rock' kekinian. Sebuah alternatif yang sederhana tapi menyegarkan, ditengah keseragaman akut yang melanda dunia musik nasional.'